Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, Kelasnya Manusia

 Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, Kelasnya Manusia



Judul Buku : Sekolahnya Manusia 

Nama Penulis : Munif Chatib

Penerbit : PT. Mizan Pustaka


Berdasarkan dari judul buku “Sekolahnya Manusia” maka saya ingin berpendapat mengenai yang saya ketahui dari buku ini, bahwa sekolah di negeri ini masih banyak yang berpredikat ‘Sekolah Robot’. Dikatakan demikian karena dilihat dari proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah, hingga pada sistem penilaian. Buku ini sangat layak dibaca oleh para calon pendidik maupun pendidik yang ada sekarang ini karena buku ini bisa dijadikan tambahan pilihan dari sekian banyak pilihan, termasuk memilih “Sekolah Robot” atau“Sekolahnya Manusia” dan “The Best Input” or “The Best Process”. Selain itu, Sekolah Manusia adalah sekolah yang berbasis MI (Multiple Intelligences) yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa.

Bukan Mereka yang Bermasalah, menekankan “The Best Process” bukan The Best Input Pada contoh sekolah yang telah menerapkan multiple intelligences system, mereka berani menerima siswa baru tanpa tes.Mereka menerima siswa baru hanya menggunakan Multiple Intelligences Research (MIR)yang hasilnya akan digunakan untuk menganalisa/mempelajari gaya belajar siswa. MIR juga diterapkan setiap kenaikan kelas.

Ada 8 kecerdasan menurut Dr. Howard Gardner yaitu :

  1. Kecerdasan linguistic

  2. Kecerdasan matematis-logis

  3. Kecerdasan visual-spasial

  4. Kecerdasan musical

  5. Kecerdasan kinestetis

  6. Kecerdasan interpersonal

  7. Kecerdasan intrapersonal

  8. Kecerdasan naturalis

Pada persoalan pendidikan di Indonesia, teori kecerdasan terus berkembang dan mengerucut pada pola yang sama. Kecerdasan itu multidimensi, yang dimana kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyaknya sisi, bukan hanya kecerdasan berbahasa maupun logika. Menurut analisis, kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai orang itu menemukan kondisi terbaiknya dan kondisi akhir terbaik seseorang tidak terbatas dalam satu kondisi saja. Setiap orang pun memiliki kecerdasan-kecerdasan tertentu yng harus dikembangkan untuk kemampuannya. 

Selanjutnya ada proses pembelajaran yang dimana bergantung pada kualitas para tenaga pengajar disekolah tersebut. Apabila kualitas tenaga pengajar pada sekolah tersebut baik maka mereka pun akan berperan sebagai agen perubahan bagi siswanya. Sekolah yang unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing kea rah perubahan yang lebih baik dalam arti lain gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswa dari awalnya bandel, malas menjadi positif.

Pembahasan MI (Multiple Intelligences), yang dimana MI bukanlah kurikulum melainka strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indicator hasil belajar yang sudah ditentukan oleh silabus. MI ini sulit diterapkan pada dunia pendidikan karena mengacu pada urikulum berbasis materi. Kurikulum berbasis materi hanya melihat dan menilai keberhasilan siswa dengan melihat sedikit banyaknya pengetahuan dan hafalan bidang studi.




Judul Buku : Kelasnya Manusia

Penulis : Munif Chatib dan Irma Nurul Fatimah

Nama Penerbit : Kaifa


Di bab pertama, buku ini  menjelaskan tentang otak. Karena memang pada dasarnya saat mengajar guru sedang bermain dengan otak manusia. Jadi naif sekali jika seorang guru tidak memahami tentang otak. Seperti yang dijelaskan dalam buku, otak manusia dibagi menjadi 3 bagian, yang terdiri dari otak reftil, otak limbik dan neokortek. Ketiga otak ini mempunyai peranan masing-masing. Otak reftil sering disebut juga sang penjaga yang ada dibagian belakang otak, fungsinya sebagai pengatur gerak reflek. Sedangkan otak limbik sebagai sang pengatur yang berfungsi sebagai pengatur emosi, mempertahankan keseimbangan hormonial, rasa haus dan lapar.

Selera belajar itu akan muncul apabila otak reftil terpuaskan. Sedangkan otak reftil sendiri tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Guru harus terbiasa menampilkan sesuatu yang unik dan berbeda untuk dapat memuaskan otak reftil anak didiknya, diantaranya:

  1. Selalu berpenampilan berbeda setiap hari

  2. Selalu mendisplay kelas yang unik

  3. Mengajar dengan strategi yang berbeda

Bab kedua pembahasannya lebih pada lingkungan belajar. Lingkungan belajar juga harus dapat memuaskan indra. Memang pada dasarnya waktu yang banyak digunakan untuk belajar itu diruang kelas. Namun, jangan hanya membatasi ruang belajar diruangan yang disebut kelas tersebut, karna pada dasarnya lingkungan belajar itu seluas samudra. Ciptakan juga lingkungan belajar dilingkungan sekolah atau bahkan bisa luas lagi. Lingkungan belajar yang hijau akan lebih memuaskan otak dalam melakukan aktivitasnya.

Untuk bab ke tiga buku ini menjelaskan tentang formasi dalam belajar. Formasi dalam belajarpun dapat dirubah-rubah sesuai kebutuhan agar selalu menciptakan suasana yang baru. Guru harus dituntut mampu menampilkan suasana kelas yang menarik agar proses belajar dan mengajarnya berhasil. Diantaranya dengan pengaturan isi kelas dan display pada dinding-dinding kelas sebagai usaha untuk memanagemen kelas.

Dalam bab terakhir ini dibahas lebih rinci lagi tentang display. Bab ini memjelaskan bagaimana kelas itu dapat berbicara dengan sentuhan display. Untuk itu tentu diperlukan kreatifitas guru untuk mendisplay kelasnya. Kemampuan guru dalam mendisplay kelas ini merupakan bukti bahwa dia adalah guru yang kreatif.



Judul Buku  : Gurunya Manusia

Penulis Munif Chatib

Penerbit : Kaifa


Dalam Bab 1 dengan judul Majulah Pendidikan Indonesia, penulis menekankan bahwa unsur penting menuju guru profesional adalah kemauan guru untuk terus belajar. Penulis menambahkan pembahasan tentang sekilas pendidikan di Finlandia, yang menyimpulkan bahwa Finlandia telah sukses menggabungkan kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi, dan komitmen dengan keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.

Guru di Indonesia diharapkan mempunyai empat kompetensi dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesionalisme, dan kompetensi sosial. Penulis beranggapan bahwa apa pun kondisi yang dihadapi, pemerintah dan—terutama—setiap guru tidak boleh berhenti membangun program-program peningkatan kualitas tersebut adalah niat dan kemauan guru untuk kreatif dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaannya.

Dalam Bab 2 dengan judul Menjadi Gurunya Manusia, penulis sering mengatakan dalam pelatihan guru bahwa guru adalah profesi yang tidak boleh berhenti belajar. Syarat utama untuk menjadi Gurunya Manusia adalah dia tak pernah berhenti belajar. Ini karena belajar adalah kata kunci untuk tiga hal penting bagi profesi guru, yaitu paradigma, cara, dan komitmen.

Setiap Gurunya Manusia wajib mempunyai pandangan atau pola pikir yang menganggap bahwa setiap anak adalah juara atau setiap anak punya potensi kebaikan, apa pun kondisi yang dialami anak.

Gurunya Manusia diharapkan tak pernah berhenti menelusuri kemampuan siswa. Aktivitas menjelajah kemampuan anak ini harus didasari oleh tekad dan komitmen yang kuat pasti akan menemukan. Jika belum menemukan, hendaknya teruslah mencari sampai akhirnya menemukan kemampuan anak tersebut. Gurunya Manusia harus menjadi katalisator, yaitu pemantik kemampuan siswanya.

Seorang guru pernah protes kepada penulis, “Pak Munif, jika kita mengajar dengan metode ceramah, pastilah siswa akan mendapat ilmu dan pengetahuan dari guru. Penulis kemudian menjawab dengan menganalogikan sebuah uang logam, yang punya dua sisi.

Dalam Bab 3 dengan judul Apersepsi, diberikan contoh apersepsi dalam Quantum Teaching. Dalam kerangka pengajaran Quantum Teaching yang bernama TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Menurut penulis, tiga bagian awal dari kerangka pengajaran Quantum Teaching (Tumbuhkan, Alami, dan Namai) adalah bagian dari apersepsi, sedangkan bagian lainnya (Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan) sudah masuk dalam wilayah strategi mengajar.

Stimulus khusus pada awal belajar yang bertujuan untuk meraih perhatian dari para siswa adalah apersepsi. Zona Alfa merupakan salah satu kondisi sangat ampuh untuk melakukan apersepsi dalam proses pembelajaran. Zona Alfa (Alpha Zone) adalah salah satu gelombang otak. Kondisi Alfa adalah tahap paling ilumasi (cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Kondisi ini dikatakan sebagai kondisi paling baik untuk belajar sebab neuron (sel saraf) sedang berada dalam suatu harmoni (keseimbangan); yaitu ketika sel-sel saraf seorang melakukan tembakan impuls listrik secara bersamaan dan juga beristirahat secara bersamaan sehingga timbul keseimbangan yang mengakibatkan kondisi relaksasi seseorang. Pada saat ini, seseorang disebut juga berada dalam kondisi peralihan antara sadar dan tidak.

Beberapa cara berikut dapat membawa siswa ke dalam kondizi zona gelombang alfa, yaitu: Fun Story (dapat berupa cerita lucu, gambar lucu, atau teka-teki), Ice breaking, Musik, dan Brain-Gym.

Dalam Bab 4 dengan judul Belajar-Mengajar dengan Multiple Intelligences, penulis banyak memberikan contoh tentang strategi Multiple Intelligences. Makna strategi mengajar dengan multiple intelligences adalah bagaimana guru mengajar dengan menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajar siswanya. Gaya belajar siswa yang dimaksud adalah kemampuan seorang siswa menangkap dan memahami informasi yang diberikan oleh guru atau siapa pun dengan pola-pola yang khas. Contoh: Keampuhan Strategi Movie Learning

Dalam Bab 5 dengan judul Membuat Lesson Plan Kreatif, penulis mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran seorang guru, jika diawali dengan pembuatan lesson plan akan berbeda dibandingkan dengan guru yang tidak melakukan persiapan lesson plan sebelumnya. Penulis menyarankan adanya koleksi lesson plan, salah satu keuntungannya adalah record (arsip) lesson plan akan menjadi bekal guru yang bersangkutan dan dapat digunakan—dengan penyempurnaan—pada tahun ajaran berikutnya.

Penulis juga memberikan beberapa contoh kerangka Lesson plan dari beberapa tokoh, misalnya seperti Kerangka lesson plan ala Losanov (psikolog dari Bulgaria).








Comments